Karena sore sudah di rumah dan menikmati kalian dari balik Jendela adalah sebuah kenikmatan yang tidak layak sekali jika diingkari. Tahu nggak. Sore ini begitu damai dan ramai. Meski semua berada pada aktivitas masing-masing yang membuat rumah serasa bungam. Tetapi kebungkaman ini menjadikan kepala semakin ramai dengan iringan angan dan guratan liris yang akhirnya menggerakkan jemari yang tiba-tiba berasa gatal.
Sebenarnya, gerakan pertama adalah gerak visual yang kemudian tertunda karena ternyata smartphone saia tengah kehabisan baterai dan memang sedang mogok, sehingga tidak mau mengerjap sedikit pada kalian. Sementara smarphone lain yang biasa menemani saia bekerja, sekarang sedang santai dengan youtubenya tanpa mau diganggu gugat. Akhirnya, it's oke, jemari ini pun tergerak pada laptop yang masih setia menemani dan bersedia menjadi tumpuan gerak liris, frasa demi frasa. yang entah nanti bentuknya seperti apa.
Kalian terlalu indah untuk disampaikan dalam deret huruf, karena keindahan dan rasa damai yang meramaikan rasa begitu dalam. Coba sajalah. Di sore ini, aliran air pancuran mengucur bertiga dan membentur riak air di kolam ikan minimalis yang ada di halaman rumah. Suara kucurannya yang menggemericik sunggauh mendamaikan dan membangkitkan nostalgi. gak pakai "a" ya. Kucur air itu, jika dipandang dari jendela tempat aku rebahan terlihat sedemikian eksotis di balik rimbun daun Dewandaru dan pokok-pokoknya, juga dihadang oleh pokok drasena hijau dan bebungaan kecil yang tumbuh dalam teduh pokok Dewa Ndaru.
Coba ikut membayangkan. Aku di balik Jendela ini, yang aku buka sedikit saja, karena memang jendelanya hanya bisa dibuka seukuran itu. Mendengar dan melihat air yang mengucur dan meriak. Disambut dengan tarian ikan-ikan yang berenang. Di mana riakan air itu terlihat dalam hadang rimbun pohon Dewa Ndaru dan pokoknya, pun dihalang samar oleh bebungaan kecil di bawah Dewa Ndaru. Apa yang bisa engkau rasakan.
Sesekali suara burung tetangga turut memberi warna. Sungguh kedamaian yang ramai. Dan .... pejam dan rasakanlah.
Selanjutnya, di atas air yang memancur, Bdara Arab terlihat anggun dalam tenangnya. Tenang sekali saat dia sudah berani menembus batas yang luar biasa, sehingga dapat bertumbuh dan berbunga. Hingga saat ini dia tengah mengasuh puluhan dan bahkan ratusan buah. Yang bisa jadi tidak mungkin ada jika dia tetap berada di dalam batas aman. Namun, keberaniannya menembus batas nyaman, justru memberinya keleluasaan untuk berfotosintesis, berasimilasi dengan matahari, sehingga dia mampu mengembankan amanah pengasuhan buah yang sedemikian banyaknya. Tak henti rama-rama kecil beterbangan mencumbu bebungaannya. DI atas sana. Dan, sekarang buah-buah pun mullali bermunculan. Puluhan, dan ratusan. Bisa jadi pun ribuan.
Di sisi dekat saya, dedaunan hias bertumbuh dalam buaian semesta dan bergoyang lembut dalam semilir sore.
Semiiran kecil yang mendamaikan. Meramaikan rasa syukur. Betapa semesta begitu bermakna.
Fabiayyi aalaa i robbikumaa tukadzdzibaan ..........