It's Okay If You're Not Okay

Yolanda Putih di Depan Rumah @floragardenmama Ketika kita bisa memaafkan orang lain, lalu mengapa kita tidak bisa memaafkan diri sen...

Tuesday, December 24, 2013

Ajak Anak ke Komunitas Orangtua, Memperkaya Wacana Kehidupan bagi Anak

Tanggal 21 - 22 Desember 2014, aku mengajak anak-anak menghadiri acara Wisata Keluarga alumni IKA RMA, yang diikuti beberapa angkatan, mulai dari angkatan 1983 sampai 2003. Di antara peserta tersebut, yang hadir kebanyakan berasal dari angkatan 80-an, sehingga putra dan putri yang diajak juga sangat beragam usianya, mulai batita sampai remaja.

Wisata keluarga yang dihadiri sekitar 177 peserta tersebut bertempat di villa salah satu keluarga alumni yang berlokasi di Pondok Alam Sigura-Gura, Malang. Para peserta tersebut bukan hanya berasal dari Surabaya, beberapa di antaranya sudah tinggal di Jakarta, Madura, Gresik, dan lain-lain.

Kami berkumpul di halaman masjid Al Falah Surabaya, Jalan Raya Darmo dan kemudian berangkat ke Malang pada Sabtu siang, sekitar pukul dua an. Beberapa di antara kami membawa mobil pribadi, sedangkan yang lain naik truk angkatan laut.

Karena ada yang membawa batita dan tidak membawa kendaraan sendiri, seorang ibu dan batitanya ikut di mobil kami. Anak-anak yang biasanya berkumpul di bangku tengah harus rela merelakan bangkunya untuk ibu dan batita tersebut. Kak Iffah, Kak Dhila dan Mas Nur duduk di bangku belakang, sedang dik Nana dan Kak Ida tetap duduk di bangku tengah.

Perjalanan ke Malang harus merambat, karena hujan sangat lebat mengiringi perjalanan kami. Sesampai di Malang pun, meskipun hujan tidak lebat, tetapi perjalanan malam dalam rinai hujan membuat kami kesulitan melihat petunjuk arah. Berkali-kali kami harus berhenti dan bertanya kepada orang-orang agar tidak kebablasan. Hingga akhirnya, kami tiba di lokasi sekitar pukul delapan malam.

Sesampai di lokasi kami dijamu oleh panitia untuk makan malam, dan setelahnya, kami bertemu melepas rindu beberapa saat dengan peserta yang sudah datang. Karena lelah di perjalanan, anak-anak minta tidur, dan aku mengantar anak-anak untuk istirahat. Di sini, anak-anak belajar bagaimana harus survive di kegaduhan lokasi yang baru dikenal. Mereka juga harus belajar untuk mengerti situasi, adaptasi, dan toleransi.

Aku memilih satu kamar yang di dalamnya ada dua tempat tidur dan satu meja. Sebenarnya sudah ada penghuninya, seorang ibu dan dua orang putrinya. Setelah berkenalan, anak-anak aku tempatkan tempat tidur yang berposisi lebih tinggi untuk mereka berempat. Putra pertamaku dan my hubby istirahat di tempat para ikhwan. Yupps, di sini ikhwan dan akhwat harus tinggal terpisah.

Dan, malam itu aku tidur beralas tikar di lantai bersama seorang kakak tingkat yang juga pembimbing usrah (halaqoh) ku dulu, yang datang dengan empat putra-putrinya. Hanya saja dua putranya yang sudah remaja ikut suaminya di tempat ikhwan.

Dan akhirnya, di kamar ini kami isi dengan empat keluarga, dan ada seorang ibu yang menitipkan putrinya untuk tidur bersama kami, karena beliau mendapat tempat di ruang tengah. Ah, jadi teringat saat dulu masa-masa di mana kami mabid.

Meskipun acara ini merupakan acara orangtua, tetapi semua peserta mulai Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan anak-anak turut terlibat dalam ragam kegiatan yang diprogramkan.
Mulai kultum untuk kajian Subuh, jalan sehat, ta'aruf antarkeluarga, tukar hadiah, dan ragam lomba bagi seluruh peserta.
Anak-anak mengikuti lomba mewarnai, menggambar, dan puzzle. Ibu-ibu juga menyelenggarakan lomba-lomba mulai indoor (lomba bungkus kado dan memanfaatkan barang bekas) dan lomba outdoor bersama bapak-bapak.

Ta'aruf ....
Jalan Pagi
Lomba Mewarnai

Ma, Aku Dapat Hadiah ...

Bermain di Taman
Selain itu, dengan mengajak seluruh anggota keluarga, maka semua akan bisa belajar mengenai kehidupan bermasyarakat yang indah, jika kita tidak hanya mengedepankan cara bertahan (survive), tetapi juga cara beradaptasi dan toleransi.
Dan,  suasana yang menyenangkan dan mengesankan tersebut tercipta sampai akhirnya acara ditutup dan kami harus kembali ke rumah masing-masing. Sebuah wisata yang berusaha untuk mengajari kami dan anak-anak bahwa silaturahim tidak boleh putus dalam satu generasi. Sebuah komunitas bukan hanya milik orangtua, karena jika komunitas itu positif, maka estafet perjalanannya harus dipupuk dan dilanjutkan oleh generasi selanjutnya.

Ket: Gambar adalah koleksi pribadi, diambil di Lokasi ....

No comments:

Post a Comment

About Me

Just a little bit of woman, mom, and wife ...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...