Pagi tadi tiba-tiba my hubby mendadak rajin. Beliau berangkat belanja ke pasar bersama kak Ida, putri kedua, dan kembali membawa belanjaan lengkap, mulai sayur bayam, labu air, daun pre, seledri, jamur, jagung, ikan, jajan pasar, tahu, tempe ... sak jeronjotan.
Setelah dibongkar semua, beliau pun langsung menyiangi sayur dan jagung.
Aku? Kebetulan aku tengah ada pekerjaan yang kena deadline, jadi aku dibiarkannya tetap berkutat di depan laptopku sejak habis sholat subuh tadi.
Setelah semua selesai disiangi, beliau mendatangiku.
"Semua sudah beres, tinggal dibikinkan bumbu-bumbunnya," katanya.
Kalau sudah begini, aku harus beranjak. Bukankah perintah suami tetap lebih utama? Nah aku ikuti beliau ke dapur. Dan beliau tengah memasukkan sayur bayam ke dalam panci sayuran di atas kompor.
"Pak, sayur bayam jangan dimasukkan dulu, nanti zat besinya keburu melarut, lagi pula sayur jangan dimasukkan sebelum air mendidih," ujarku.
Akhirnya tugas sayur menyayur kulanjutkan. Dan beliau kembali melanjutkan tugasnya menghaluskan jagung untuk dibikin perkedel jagung.
Setelah jagung dihaluskan dan diberi telur, beliau kembali berujar,
"Jagung siap digoreng" katanya.
"Sudah diberi bumbu apa saja pak?" Tanyaku,
"Telur dua butir,"
Hehehee ... kutampanin saja baskom berisi adonan beliau, dan beliau bergegas ke luar dapur. Winggg ... Aku tambahkan sayur untuk perkedel jagung pagi itu agar isinya tidak melulu jagung.
Sebentar kemudian, terdengar beliau berteriak dari lantai bawah.
"Sarapan sudah siappp .... Ayooo sarapan,"
Anak-anak bergegas menyelesaikan dandanan ke sekolah, ada yang pakai ikat pinggang, sisiran, dan ada yang masih basah di kamar mandi.
Aku sendiri masih menggoreng dan menggoreng. Tangan juga masih belepotan tepung untuk membalur jamur krispy.
"Ma, aku minta dikepangin atas ya," pinta kak Iffah.
"Ma, kertas ulanganku belum ditandatanganin sama mama," kata kak Dhila.
Dan dik Nana menyodorkan buku penghubungnya yang dari kemarin aku telantarkan.
Sambil menunggu gorengan matang, aku menyisirin kak Iffah, sambil sekali waktu menengok gorengan. Abis membalik gorengan menandatangani buku penghubung dik Nana. Habis mengangkat gorengan dan memasukkan yang baru, kutandatangani kertas ulangan kak Dhila.
Dan saat semua sudah siap,
"Ma, aku belum sisiran", ujar dik Nana.
"Sini, aku bantuin," kata kak Iffah.
Wusss ... hangat meresap di dada. Kak Iffah menyisiri rambut adiknya.
Dan sebentar kemudian, ketiganya sudah siap. Dan semua siap untuk sarapan dan berangkat ke sekolah.
Usai anak-anak yang kecil-kecil dan si sulung berangkat sekolah, tinggallah aku dengan kak Ida.
"Wih, tangannya mama itu tangan ajaib lo kak,"selorohku.
"Betul," sahut my hubby.
"Hehehe ... Iya kan, la tadi sayurnya mentah gak bisa dimakan jadinya bisa dimakan, jagungnya juga,"
"Kalau mama itu senyum saja semua penuh keajaiban. Tapi kalau sudah merenguuut, wes, bumi bergoncang," gurau my hubby ...
Dan, setelah semua beres, lanjuuut, kembali ke laptop ...
Pastinya, bukan hanya tangan mama yang ajaib, tetapi tangan yang diciptakan oleh Allah ini memang telah diperuntukkan untuk melakukan tugasnya yang sedemikian kompleks untuk melengkapkan manusia agar menjadi makhluk yang memberi manfaat bagi orang lain .....
No comments:
Post a Comment