It's Okay If You're Not Okay

Yolanda Putih di Depan Rumah @floragardenmama Ketika kita bisa memaafkan orang lain, lalu mengapa kita tidak bisa memaafkan diri sen...

Tuesday, September 30, 2014

Rak Biru Dik Nana: Apa Sih Isinya?

Apa sih isinya rak biru Dik Nana? Kok sampai selalu diseret ke mana-mana. Dari kamar ke kamar. Dari ruang ke ruang. Kayak orang 'bakulan' bawa rombong. Sampai-sampai tidur pun si Rak Biru ini diletakkan di sebelahnya. BIkin penuh ruangan.
Nah, ini dia, si Rak Biru Muda Dik Nana yang tadi pagi ditinggal ke sekolah. Hehehe .... untungnya saat ke sekolah si Rak Biru tidak dibawanya ke sekolah juga. 
Ini Rak Biru Dik Nana.
Tuh, Rak Biru Dik Nana yang selalu diseret-seret ke mana-mana. Bahkan kalau ke lantai bawah pun di bawa serta itu sebagian barang-barangnya. 
Dompet kuning bermata merah yang selalu tersenyum itu, dulunya tempat Dik Nana menyimpan uang sisa sakunya. Tetapi sekarang dia sudah memindahkannya ke Celengan. Dompetnya bikin sendiri, dibikinin sama Mama dari sisa-sisa kain flanel dan kancing baju yang sudah lepas. Nah kalau Dompet yang berwarna ungu itu, Dik Nana sendiri yang menjahit. Pakai benang sulam dan jarum sulam juga.
Kita intip yuk, apa sih yang disimpan di rak biru dik Nana.
Ini Barang-barang Di Rak Bagian Bawah
Ini Rak Bagian Bawah dan Tengah
Lebih Dekat Dengan Rak Bagian Tengah
Nah, Ini Rak Bagian Paling Atas
Hmmm .... setelah mengintip isi rak birunya Dik Nana, ternyata isinya kayak 'rongsokan' ya. Tetapi semua itu bermanfaat lo bagi Dik Nana. Dari rak itu, Dik Nana bisa berkreasi apa saja dan bisa duduk berlama-lama di samping rak birunya. Selain rak itu, Dik Nana juga suka membawa toples besar yang berisi kain flanel perca dan Dakron. Juga ada Lem perekat. Lem kertas cair dan lem castol.
Toples Besar Dik Nana
All Pics. By Mama #mom_of_five 30 September 2014, Surabaya by Oppo Yoyo my hubby

Monday, September 29, 2014

Mainan Lilin Dik Nana: Sarang Hae Yo

Dari pulang tadi saya melihat Dik Nana duduk di sebelah rak kecilnya yang berisi mainan, kertas-kertas, origami, uang receh, masak-masakan. Semuanya dijadikan satu di rak biru mudanya. Diseret-seretdari ruang satu ke ruang lainnya. Dari kamar satu ke kamar lainnya. Jika sudah menemukan tempat yang dianggap nyaman, maka dia akan berhenti dan duduk dengan manis di sebelah rak birunya tersebut.
Nah, ini adalah salah satu aktivitas dik Nana di samping rak birunya. Melilin alias mainan lilin atau malam. Membuat ragam bentuk, diplintir-plintir, dilipat-lipat, dicemet-cemet sesuka hatinya. Hingga akhirnya dia bertanya kepada Kak Ida tentang ejaan Saranghaeyo. Bahasa Korea. Maklum, ini anak-anak lagi demam Korea. Makanya sedikit-sedikit Korea.

Dipilin-pilin, Diplintir-plintir, Ditempel-tempel ......
Nah, Ini dia Hasil Plintiran Lilin Dik Nana ... Sarang Hae Yo
Pic. taken by Mama, September 2014, by Oppo Yoyo nya my hubby

Saturday, September 27, 2014

#CeritaPos Penuh Kenangan: Mulai Memilih Kertas dan Amplop, sampai Perangko dan Telegram Indah

Amplop Tempo Dulu- Amplop Air Mail, Lengkap dengan Perangko (Sumber Gambar: Postalhistory)
Berkirim-kirim surat ataupun berkirim ucapan atau pesan pendek lewat telegram melalui kantor pos telah menjadi masa yang terukir indah dalam kenangan. Masa yang mengesankan dan mengharukan untuk dikisahkan kembali ataupun sekedar diingat kembali.
Masa-masa intensif saya berkirim surat terjadi sejak saya duduk SMA dan terus berlanjut sampai saya tinggal di Surabaya. Dari semua masa itu, berkirim surat dan menunggu balasannya merupakan saat-saat yang mengesankan dan mengasyikkan. Memilih warna dan motif kertas, memilih amplop, memilih perangko, dan menentukan gambar kartu pos dan kartu ucapan lewat telegram menjadi aktivitas yang cukup mengasyikkan.

Tidak jarang, saya harus berlama-lama di toko buku hanya untuk memilih kertas dan  amplop yang berbentuk lucu, bergambar unik, dengan warna-warna menarik untuk saya sesuaikan dengan penerima surat. Saat merangkai kata pun demikian, semua rasa ingin diluapkan lewat kata. Semua kabar ingin dirangkai dalam huruf demi huruf, dan tidak oleh ada coretan dalam surat. Karena menulisnya menggunakan tulisan tangan maka kadang-kadang, satu surat bisa menghabiskan beberapa lembar kertas, akibat adanya tulisan yang belum tepat. Kemudian membacanya berulang untuk memastikan tidak ada rasa dan tanya yang tertinggal.
Tidak jarang pula saya juga memilih foto-foto terbaik pula untuk disisipkan dalam surat. Sebagai perekat persahabatan jarak jauh yang tetap terjalin, meskipun hanya melalui uraian rasa dalam kata yang tertuangkan dalam sepucuk surat.

Selanjutnya, jika masih punya persediaan perangko, maka kirim surat bisa saya lakukan via kotak pos. Si kotak warna oranye yang setia berdiri di pinggir jalan. Atau menunggu Pak Pos yang datang mengantar surat ke sekolah atau ke kampus. Masih teringat dalam ingatan, saat istirahat sering menunggu Pak Pos dengan boncengan tas yang menggelantung di sisi kiri dan kanan boncengan sepeda motor oranye. 
Sementara, jika lagi tidak punya persediaan perangko, maka saya harus berjalan ke kantor pos, untuk mengeposkan surat di sana. Sekalian membeli perangko untuk persediaan.

Nah, di sini, senangnya adalah saat ada perangko yang diterbitkan di moment tertentu. Perangko-perangko tersebut akan membawa tema sesuai dengan momentnya. Saat itu, yang masih saya ingat jelas, adalah perangko Hari Anak Nasional, yang bergambar lukisan anak-anak. Dan, waktu itu, saya juga senang mengumpulkan perangko, bahkan saya sempat mengoleksinya dalam satu album filateli. Sayangnya album itu lenyap, karena saya harus sering pindah tempat tinggal.

Dan .... saat yang tidak kalah mengesankan adalah waktu menunggu surat balasan dengan harap-harap cemas. Betapa tidak, surat yang kita kirimkan biasanya membawa segudang cerita dan tanya, sehingga kita juga menunggu respon yang renyah dari seberang sana. Respon yang membawa kabar dan kisah tentang sahabat di seberang sana yang harus kita tunggu dalam rentang waktu yang lumayan menyita rasa dan asa.
Untuk satu area provinsi saja, surat-surat itu biasanya sampai di alamat tujuan paling cepat tiga hari dan bahkan bisa sampai satu minggu. Selanjutnya balasan yang datang pun harus melalui perjalanan yang sama pula. Sehingga tidak jarang, surat yang dikirim hari ini akan baru terbalaskan bulan depan. Terlebih, jika yang dikirimi surat beralamat di kampung yang jauh dengan alur jalan yang tidak bagus. Itulah mengapa, waktu SMA saya menggunakan alamat sekolah untuk alamat korespondensi. Pastinya, ini juga menambah prestise diri di sekolah. Karena, setiap ada surat yang datang, maka nama kita akan terpampang di dinding kantor sekolah sebagai penerima surat. Dan, setiap murid yang membaca list penerima surat, pastinya akan sering melihat nama kita, bukan :-)

Nah, kebetulan juga saat SMA itu, ada adik kelas yang nama depannya sama pula dengan nama saya, dan huruf depan pada nama belakangnya juga sama, sehingga ada kalanya, jika ada nama "Elis S" di dalam daftar, maka kami berdua akan segera mengecek si pengirim surat bersamaan. Untuk memastikan siapa penerima yang sebenarnya.

Saat saya di Surabaya, saya mulai berkenalan kartu ucapan yang menggunakan kartu telegram indah keluaran Kantor Telekom. Jika sebelumnya saya mengirimkan ucapan dengan kartu pos, maka saat di Surabaya saya lebih memilih mengirimkan kartu telegram indah untuk teman-teman terutama saat lebaran. Meskipun secara desain terbatas, tetapi waktu tempuhnya lebih cepat dibandingkan dengan kartu pos ataupun kartu lebaran yang dikirim dengan perangko.
Waktu itu, saya biasa mengirimkan kartu telegram indah melalui kantor pengiriman yang berlokasi di Jalan Sumatera, Surabaya. Lokasinya berseberangan dengan Sahid Jaya Hotel di Jalan Sumatera 1-15. Dekat pula dengan rumah kos, sehingga untuk ke sana, saya hanya perlu berjalan kaki.

Ah, tetapi semua itu telah menjadi kenangan. Bahkan anak-anak saya pun saat ini tidak begitu mengenal penggunaan surat berperangko, karena mereka telah berkenalan dengan surat elektronik, SMS, Chatting, BBM, Facebook, Twitter, dan sebagainya. Saat ini, telah banyak media yang mengantar pesan dengan sangat cepat. Tinggal tekan tombol OK atau KIRIM atau tekan ENTER, pesan-pesan, foto-foto, dan ucapan-ucapan dengan gambar sudah terkirim ke penerima, dan saat itu juga bisa menerima balasan.

Monday, September 22, 2014

Kelompok Biru Merah | Edisi Belajar Bersama

Belajar Bersama (pic. by Admin, Surabaya, September 2014 @Office)
Beberapa minggu ini teman-teman sekelas kak Iffah dan dik Nana ikut les gratis di kantor my hubby. Namun, karena suara saya smpat habis beberapa hari akibat batuk angin, maka mereka saya minta untuk belajar bersama di rumah saja. jadi saya tidak perlu balik ke kantor setelah Maghrib.
Karena sampai hari ini, suara saya masih belum normal, maka mereka pun masih belajar di rumah. seperti biasa, pada awal pertemuan, mereka saya minta untuk mengerjakan Pekerjaan Rumah yang diberikan oleh guru mereka. Setelah itu, setelah mereka selesai mengerjakan PRnya, maka saya akan menyambungnya dengan pelajaran saya. Belajar sambil main games ataupun sambil bermain.

Nah, malam ini, menunya adalah menu warna dan bentuk. Pastinya, tetap saya kombinasikan dengan tema belajar mereka, yaitu bekerja sama. 

Untuk warna, kebetulan saya menemukan sisa kertas lipat dik Nana dalam box. Masih ada dua lembar. Warna biru dan warna merah. Warna biru saya beri tema kerja bakti di kampung dengan bentuk lipatan segi empat. Sedangkan warna merah saya beri tema piket di sekolah dengan bentuk lipatan segitiga. 
Mereka harus menjawab pertanyaan dan merangkai jawaban pertanyaan tersebut menjadi satu cerita utuh. Selain itu, mereka harus membuat satu cerita lagi dengan menggunakan kata kunci berupa bentuk dan warna kertas. Ya, tujuan saya memang tidak hanya mengajak mereka belajar menghafal, tetapi juga belajar bereksplorasi. Bahkan, dalam pertanyaan tema, kedua tema juga saya sertakan pertanayaan mengenai sikap yang diambil oleh mereka di saat menemukan sebuah peristiwa terkai masing-masing tema. Dari sini, ketahuan, bagaimana anak bersikap, apakah marah, tegas, keras, lembut, dan sebagainya :).

O iya, karena mereka berempat sedangkan kertas lipatnya hanya dua lembar, maka mereka saya minta untuk membuat kelompok terlebih dahulu. Nah, setelah kelompok terbentuk maka saatnya membagi kertas kepada mereka. 
Pertanyaan dalam tema pada masing-masing kertas saya letakkan di dalam, sehingga anak-anak tidak melihat isi masing-masing kertas. Mereka hanya memilih warna yang mereka sukai. karena awalnya mereka berebut, maka untuk menentukan pemilih pertama saya minta mereka melakukan hum suit. Gunting Batu Kertas. Yang menang mendapatkan kesempatan memilih terlebih dahulu. 
Jadilah dua kelompok, yaitu kelompok biru dan merah.
Ini Kelompok Biru, Imah dan Fira (Pic. by Admin, Surabaya, 22 September 2014 @home)
Ini Kelompok Merah,Kak Iffah dan Lia (Pic. by Admin, Surabaya, 22 September 2014 @home)
Masing-masing kelompok tetap bekerja secara individual. Hanya saja, mereka boleh berdiskusi. Nah, ini dia hasil pekerjaan mereka.
Ini Tulisan Mereka (Pic. by Admin, Surabaya, 22 September 2014 @home)

Tuesday, September 16, 2014

Alhamdulillah, Akhirnya Bertemu Si Kencur

Beberapa hari ini tenggorokan saya memang sedikit bermasalah, sehingga saya sering batuk kecil untuk melegakannya. Awalnya, saya pikir batuk angin biasa, karena sering tidur larut malam dan siangnya seharian di kantor my hubby. Ditambah lagi saya menemani anak saya dan teman-temannya yang ikut les di Yayasam Karunia Mandiri setelah Sholat Maghrib sampai pukul delapan. Itu pun jika mereka belum puas, mereka akan minta tambahan waktu. Senang sekali melihat mereka semangat belajar. Tidak jarang meskipun sebenarnya jadual pelajaran yang saya ajarkan secara paketan*) sudah selesai, mereka memang minta agar diberikan lagi soal tambahan. jarang-jarang ada anak belajar dengan model seperti ini. Sudah selesai belajar, tetapi mereka ingin terus dan terus.
Ya, kebetulan kantor my hubby juga mengelola yayasan dan salah satu programnya adalah memberi les gratis kepada anak-anak di lingkungan sekitar. Nah, kebetulan untuk anak kelas dua dan kelas empat, belum ada guru lesnya. Jadi saya yang membantu menemani mereka belajar. 

Nah, akibatnya, saya bisa jadi kurang istirahat. Di tengah hempasan usia yang menuju manula, mungkin virus Flu tengah berusaha menyerang saya. Tetapi, Alhamdulillah,  daya tahan tubuh saya cukup baik untuk menahan serangan virus Flu yang telah banyak menyerang orang-orang di kantor my hubby sampai-sampai mereka harus ijin tidak masuk kerja. Atau, sampai-sampai mereka harus berlomba-lomba berpening ria dan berbersin ria. 

Tapi, dua hari ini saya harus rela kehilangan suara, karena suara saya harus serak-serak kering dan tenggorokan gatal. Sampai-sampai saat mengikuti meeting dengan tim kecil Joyful Learning dari BMC, saya tidak dapat mengeluarkan suara dengan nyaman. Suara yang serak-serak kering dan membuat saya capai harus menemani saya selama dua hari. 
Menghadapi batuk dan tenggorokan kering seperti ini, sebanarnya saya tahu penangkalnya, yaitu si kencur. Tanpa harus membuatnya menjadi ramuan jamu tradisional yang rumit, saya dapat memanfaatkan si kencur ini untuk meringankan beban di tenggorokan saya. Hanya dengan mengunyahnya setelah mengupasnya.

Namun, kebetulan di dapur saya tengah kehabisan kencur. Saya hanya menemukan jahe yang biasa saya gunakan untuk menghangatkan tubuh saat pilek dan pening. So, saya mencarinya ke tempat mbok Sayur langganan saya. tetapi, sekali lagi, belum jodoh. Saya tidak menemukan si kencur di sana. Akhirnya, hari itu saya biarkan suara saya tenggelam dan tenggorokan saya serasa menebal. 

Kencur yang Manjur (Pic. dok Pribadi, 16 Septmebr 2014, Surabaya)
Dan, Alhamdulillah, si Mbok Sayur memang baik hati. Pagi tadi saya mendapatkan si kencur dari si Mbok Sayur yang sengaja membelikannya untuk saya. Begitu sampai di rumah, langsung saja si kencur saya kupas dan kukunyah-kunyah. Hmmm.... Alhamdulillah. Tenggorokan sedikit lega di pagi itu. Dahak sudah mulai keluar. 

Kencur Kupas Siap Dikunyah (Pic. Doc Pribadi, 16 September 2014, Surabaya)
Pastinya, tidak sekali langsung kelar. Satu jam kemudian, tenggorokan kembali gatal dan si kencur yang sudah siaga di dapur pun kembali kukupas dan kukunyah lagi. Hmmm.... Alhamdulillah, akhirnya tenggorokan mulai nyaman. Dan, ketak-ketuk jemari pun mulai bermain di atas keyboard tanpa harus merasa berisik akibat ulah 'semut-semut' yang kelayapan menggelitiki tenggorokan.

*) belajar paketan di sini saya ajarkan setelah anak-anak menyelesaikan tugas Pekerjaan Rumah dari Guru mereka di sekolah. Jika masih ada waktu, maka saya akan memberikan pelajaran hnya dengan satu tema tetapi memuat seluruh pelajaran secara berurutan. Ya, mencoba mengimplementasikan kurikulum 2013 yang menggunakan sistem tematis. Dan, anak-anak sangat senang dengan model seperti ini. Mereka menulis sendiri cerita sesuai dengan tema yang dipilih oleh mereka. Membacakannya di hadapan teman-teman. Mencocokkan cerita teman yang satu dnegan yang lain, main undian, bernyanyi, membahasainggriskan. Jadi, mulai pelajaran matematika, bahas aIndonesia, IPS, PKN, bahasa Inggris, Kesenian, Menggambar, dapat dirangkai hanya dari satu tema yang dipilih oleh masing-masing anak. Dengan demikian, ceritamereka berbeda-beda satu sama lain. 

Memang agak sulit bagi saya, karena saya harus mengecek satu per satu tulisan dan jawaban mereka. Tetapi, kreativitas anaki terlihat dengan cara ini. Mereka tidak dapat mencontek temannya, tetapi tetap bisa bekerjasama.

Friday, September 12, 2014

Lestarikan Jamu Indonesia dari Dapur Ibu

Me: "MBak Zakia gimana Pak, apa sudah masuk hari ini?."
Pak D: "Belum Bu. Masih Sakit. Hari ini anak-anak akan Menengok ke Rumah mBak Zakia."
Me: "Kalau Pak Yogi, gimana Pak. Sudah Sehat?"
Pak D: "Beliau hari ini masuk Bu. tetapi kelihatannya masih lemes. Makannya juga masih belum teratur. Hari ini saja beliau hanya makan donat. Itu pun sedikit sekali,"
Me: "APa mau saya buatkan jamu ta pak, temulawak apa kunyit begitu?"
Pak D: "Memang ramuan itu bisa untuk pusing ya Bu."
Me: "Kalau bdan pusing dan demam, pilek pakai Jahe saja pak. Madu sama Jahe hangat. Kemarin itu Husni juga saya bikinkan Madu dan Jahe hangat saat bilang pusing dan pusing. Nggak apa-apa pak, ditawarin saja."
Pak D: "O begitu ya Bu. Isteri saya sering pusing berarti biar minum jahe saja. 
              Itu minumnya setelah makan ya Bu."
Me: "Kalau Madu dan Jahe itu minumnya sebelum makan nggak apa-apa Pak. Malah bagus untuk melapisi lambung. Tapi sebelumnya lambung sudah dinetralisir pakai air putih ya Pak.

Itu adalah sepenggal percakapan saya di sore hari itu bersama HRD di kantor my hubby, karena kebetulan beberapa bulan terakhir ini saya membantu my hubby untuk pengembangan di kantor beliau. Yupps, tradisi dan budaya di keluarga saya waktu saya masih kecil terbawa oleh saya hingga saya dewasa dan berkeluarga. Saya memanfaatkan bahan-bahan yang ada di dapur untuk menjaga kesehatan dan pengobatan jika sakit.

Ramuan Jamu Godhog (Pic. Dokumen Pribadi, 2012)
Tradisi Keluarga: Ramuan Jamu dari Dapur dan Tanaman Sekitar

Minum ramuan tanaman dari kebun dan ladang atau tegalan sudah menjadi tradisi keluarga sejak saya masih kecil. Saat Ibu saya habis melahirkan, saya diminta membantu mencari daun-daunan seperti daun dlingu, daun simbukan, daun katuk untuk diramu bersama bumbu dapur seperti ketumbar dan kunyit. Menurut Nenek almarhum, ramuan tersebut dapat memperlancar Air Susu Ibu (ASI) dan menghilangkan bau amis ASI dan darah nifas. 
Sengatan bau daun dlingu, daun simbukan, dan kunyit saat dihaluskan menjadi aroma yang khas yang menusuk di hidung saat cairan berwarna hijau tua itu siap untuk diminum Ibu.

Tradisi tersebut berlangsung setelah kami semua sudah beranjak besar dan dewasa. Ibu tetap menggunakan ramuan daun-daunan dan akar-akaran tidak hanya jika kami sakit. Tetapi Ibu juga membuatkan ramuan untuk kami semua, termasuk Ibu dan Bapak, ramuan untuk menjaga kesehatan. Untuk Bapak, ibu membuatkan ramuan kunyit, kunyit putih, brotowali, yang dicampur dengan kuning telur dan madu. Sedangkan untuk kami, anak-anaknya, Ibu membuat ramuan tanpa kuning telur.

Saya masih ingat, saat saya masih kecil dan sakit panas. Ibu akan memberiku minuman kunyit dan telur ayam kampung. Pastinya, telur ayamnya bukan ayam mentah, tetapi telur ayam kampung tersebut dibakar dengan bungkusan daun pisang. Rasa sedap aroma daun pisang yang terbakar membuat saya pingin minta lagi dan lagi. 

Jika batuk, maka Ibu akan meminta saya mengunyah kencur. Rasa kencur yang tajam memang menyengat lidah. Namun pada waktu itu saya harus tahan. Dan, lama-lama saya terbiasa juga, sehingga setiap saya batuk saya akan mencari kencur. Setelah mengunyah kencur, batuk memang lebih lancar dan dahak pun mudah keluar, sehingga tenggorokan terasa lega. 
Bahkan sampai sekarang, jika anak-anak saya batuk maka saya akan membuat parutan kencur dan mengambil airnya. Karena anak-anak saya tidak terbiasa dengan aroma dan rasa kencur yang menyengat, maka saya memberinya sedikit garam untuk menawarkan sengatan rasa kencur.

Jika batuk yang menyerang disertai pilek dan pusing, maka wedang jahe ibu yang berbicara. Wedang jahe yang dibuat ibu terasa pedasnya. Terutama jika ibu membuat jahenya dengan menggunakan jahe merah. Sebagai pemanisnya Ibu menggunakan Gula Siwalan, yaitu gula yang dibuat dari nira pohon Siwalan yang banyak ditemukan di daerah pesisir pantai utara. 
Rasa hangat dan aroma sedap Jahe membuat tubuh ikut hangat dan terasa nyaman. 

Sekarang, jika anak-anak batuk dan demam, saya juga masih suka membuatkan wedang jahe hangat. Hanya saja, karena Gula Siwalan tidak saya temukan di Surabaya, maka pemanisnya saya pakai Madu. Kebetulan saya menggunakan Madu Lebah Hutan yang saya pesan dari Blitar atau Sumbawa. Madunya bisa madu putih atau madu biasa. Anak-anak sangat menyukai Madu Jahe hangat ini, karena rasa hangat dan manisnya memang membuat nyaman tubuh.


Nah, ramuan lain yang sampai saat ini sangat berkesan dalam ingatan saya adalah ramuan daun kumis kucing dan kunyit. Awalnya, Ibu saya memberikan ramuan ini kepada kakak saya yang terkena anyang-anyangan (buang air kecil tidak lancar). Biasanya, di desa kami, ada tradisi jika terserang anyang-anyangan, maka ibu jari kaki akan diikat dengan merang (batang padi yang kering). Namun selama hampir dua hari kakak saya mengikat ibu jari kakinya, anyang-anyangan itu tidak juga berhenti. Tentu saja kakak saya sangat tersiksa sekali. Hingga akhirnya Ibu memutuskan untuk membawa ke rumah Mantri di Puskesmas Desa. 

Sebelum benar-benar berangkat, tiba-tiba ada tamu dari Desa Sebalah (Desa Sendang, Paciran) yang ke rumah dan melewati tanaman kumis kucing yang aku tanam di sebelah utara kamar mandi. Melihat tanaman tersebut, tamu tersebut menjelaskan bahwa daun kumis kucing dapat digunakan untuk menyembuhkan orang yang sakit kencing batu. Nah, Ibu pun ada ide untuk memberikannya kepada kakak. Dengan meramu daun kumis kucing dan kunyit, Ibu meminta kakak meminumnya. Rasa pahit daun kumis kucing tersebut memang sangat berkhasiat. Tanpa menunggu lama, kakak saya sudah kembali dapat buang air kecil dengan lancar.

Akhirnya, Ibu pun memasukkan kumis kucing sebagai agenda dalam ramuan jamu di keluarga kami. Hebatnya, saat saya dilepen (dismenore) pun, saya dapat menggunakan kumis kucing itu untuk meredakan rasa sakit yang hebat tersebut. Ya, saat masih remaja, sudah menjadi kebiasaan jika datang bulan, maka rasa sakit perut akan menyerang dengan hebat. Dengan daun kumis kucing yang super pahitnya itu, saya biasanya meredakan rasa sakit itu. Saya mengonsumsinya dengan menjadikan lalapan saja, karena jika saya memeras airnya, rasa pahit yang kurasakan sangat tajam. Sedangkan jika saya menjadikannya lalapan, rasa pahitnya tidak terlalu tajam di lidah.
Aneka Bahan Ramuan Jamu dari Dapur, Kebun, dan Ladang (Pic. Dokumen Pribadi, 2012-2014)
Bukan Sekedar Bumbu Dapur dan Sayur

Dari uraian cerita di atas, dapat dilihat bahwa bahan-bahan dari dapur pun sudah bisa digunakan untuk meramu jamu untuk memelihara dan menjaga kesehatan serta untuk pengobatan (preventive, promotive, dan curative). Bahan-bahan di dapur yang harganya murah dan mudah ditemukan. Selain itu, bahan dedaunannya pun dapat diperoleh dengan mudah di kebun atau di ladang.

Jahe
Dalam masyarakat, jahe banyak digunakan untuk membuat wedang jahe yang dinikmati saat hawa dingin. Peran wedang jahe sebagai minuman penghangat ini ternyata juga memiliki manfaat bagi kesehatan. Sifat khas jahe tersebut timbul karena jahe mengandung minyak atsiri (yang menimbulkan aroma pedas) dan oleoresin yang menimbulkan rasa pedas.
Secara ilmiah, jahe berperan sebagai antikanker, antidepressan, antikoagulasi, antioksidan, sehingga jahe memiliki manfaat untuk meredakan rasa nyeri, penurun panas, dan peningkat imunitas (Prapti Utami dan Desty Ervira Puspaningtyas, 2013).
Madu dan Jahe (Pic. Dokumen Pribadi, 2013).
Kemampuan jahe dalam meredakan rasa nyeri ini dapat digunakan untuk melapisi lambung pada penderita sakit maag, di mana jahe dan madu hangat dapat diminum sebelum makan.


Kencur
Kencur juga merupakan bumbu dapur yang berguna untuk menyedapkan masakan. Namun demikian, kencur memiliki khasiat kesehatan yaitu untuk mengobati radang lambung, radang anak telinga, influenza, masuk angin, sakit kepala, batuk, menghilangkan lelah. Manfaat kesehatan tersebut disebabkan karena kencur memiliki kandungan minyak atsiri yang terdiri atas kamfer, bormeol, sineol, dan etil alkohol (Setijo Pitojo, 2008).

Kunyit
Secara ilmiah, bagian rimpang kunyit dapat digunakan untuk mengobati diabetes mellitus, tifus, usus buntu, disentri, sakit keputihan, memperlancar haid, dan memperlancar asi dan masih banyak manfaat lain yang terkandung dalam kunyit (Biopharmaca Research Center ,BRC).


Ketumbar
Ketumbar merupakan salah satu bumbu dapur yang paling sering digunakan di dapur. Peran ketumbar sebagai penyedap masakan ini ternyata dilengkapi dengan khasiat kesehatan yang dikandungnya. Dalam biji ketumbar terkandung zat saponin, flavonoid, dan tanin, yang menjadikan ketumbar banyak memberi manfaat kesehatan, seperti sariawan, pencernaan, dan haid yang tidak teratur (Suharmiati dan Lestari Handayani, 2005).
Itulah mengapa Ibu menggunakan ketumbar dalam ramuan jamu setelah melahirkan. Selain untuk memperlancar nifas, ternyata juga memperbaiki pencernaan, agar nafsu makan tetap terjaga. Dengan demikian, asupan gizi untuk Ibu dan anak tetap terjaga.

Kumis Kucing
Kumis kucing adalah tanaman semak-semak yang memiliki bunga dengan bentuk tangkai putik yang memanjang dari kelopak bunganya. Tangkai-tangkai putik yang terdiri atas beberapa buah tersebut mirip dengan kumis kucing sehingga nama tumbuhan ini disebut dengan kumis kucing. Dalam Biopharmaca Research Center (BRC) disebutkan bahwa daun kumis kucing  bermanfaat untuk memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik). Inilah makanya, pada saat kakak saya terkena anyang-anyangan, dapat sembuh dengan cepat saat meminum ramuan kumis kucing.

Selain itu, juga disebutkan dalam BRC bahwa kumis kucing dapat digunakan sebagai aniinflamasi, antioksidan, dan antibakteri. Fungsi sebagai antiinflamasi ini yang membanu saya saat dismenore menyerang, dan meredakan rasa sakit yang hebat saat dilepen menyerang.

Daun Katuk
Daun katuk umumnya dimanfaatkan untuk sayur sebagai teman nasi. namun demikian, dalam daun katuk mengandung manfaat kesehatan yaitu untuk menambah hormon kewanitaan. Itulah mengapa daun katuk banyak dimanfaatkan untuk memperlancar ASI. Kemampuan daun katuk dalam meningkatkan hormon kewanitaan ini disebabkan oleh adanya senyawa fitokimia aktif yang berkhasiat obat, yaitu senyawa eikosanoid dan senyawa yang merangsang pembentukan hormon steroid (Wied Harry Apriadji, 2007).

Mengenalkan Khasiat Bumbu Dapur pada Seluruh Anggota Keluarga

Selain beberapa bahan dari dapur ibu dan dedaunan dari ladang dan kebun yang disebutkan di atas, masih ada banyak jenis dedaunan dan bahan-bahan dari dapur yang dapat digunakan untuk ramuan jamu. Melalui penggunaan dedaunan dan bahan yang ada di sekitar kita, maka anak-anak sejak dini sudah mengenal bahan-bahan tersebut dan kegunaannya. Bahwa bahan di dapur bukan hanya untuk memasak semata, tetapi bisa diramu sebagai jamu yang memberi manfaat kesehatan kepada manusia.

Bagi yang tinggal di kota dengan lahan terbatas, tanaman-tanaman sehat berkhasiat tersebut dapat ditanam di dalam pot-pot sederhana, yang dapat dirawat bersama anggota keluarga. Sehingga anak-anak sejak dini dapat mengenali bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai jamu tradisional dan melanjutkan estafet tradisi secara turun temurun.
Memelihara Tanaman di Pot-pot Sederhana untuk Kebutuhan Dapur dan Kesehatan (pic. dok. Pribadi, 2012)


Referensi:
  • Biopharmaca Research Center (BRC), http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection.
  • Prapti Utami dan Desty Ervira Puspaningtyas, 2013, The Miracle of Herbs, Jakarta, PT Agromedia Pustaka.
  • Setijo Pitojo, 2008, Khasiat Cincau Perdu, Yogyakarta, Kanisius.
  • Suharmiati dan Lestari Handayani, 2005, Ramuan Tradisional untuk Keadaan Darurat di Rumah, Jakarta, PT Agromedia Pustaka.
  • Wied Harry Apriadji, 2007, Makan Enak untuk Hidup Sehat, Bahagia, dan Awet Muda, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. 

Wednesday, September 10, 2014

[Mantan] Penjual Jamu Seduh dan Pelestarian Jamu Indonesia


pic. BRC
Jamu di Indonesia adalah tradisi yang telah dikenal selama berabad-abad, baik digunakan sebagai upaya preventif dan promotif (pemeliharaan kesehatan dan menjaga stamina), maupun upaya kuratif (pengobatan). Louise Jumarani (2009) menyebutkan bahwa sejak zaman kerajaan Majapahit telah dikenal ramuan jamu godhog (rebus) di kalangan keluarga kerajaan. Selanjutnya, kebiasaan di keluarga kerajaan tersebut secara turun temurun menjadi tradisi masyarakat secara luas dan menjadi budaya bangsa yang terpelihara secara konvensional, terutama setelah abad 20.

Ramuan jamu-jamuan dari beragam tanaman yang ada di bumi Indonesia pun mulai dikembangkan. Kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah menjadi potensi bagi bangsa Indonesia untuk meracik ramuan jamu untuk keperluan pemeliharaan kesehatan, menjaga stamina, sampai keperluan pengobatan. Penggunaan ramuan dari tanaman mulai dari akar-akaran, daun-daunan, biji-bijian, umbi-umbian, batang, kulit buah, dan semacamnya pun semakin banyak digunakan untuk pengobatan. Daun kumis kucing misalnya, adalah tanaman perdu yang dapat digunakan sebagai obat memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik). Demikian juga dengan kunyit, dapat digunakan untuk mengatasi sakit keputihan, haid tidak lancar, perut mulas (BRC Collection, 2013).

Dari ragam tanaman yang telah digunakan sebagai obat yang menyembuhkan dan sebagai minuman pemelihara kesehatan tersebut, selanjutnya dikembangkan dalam bentuk jamu seduh/serbuk, pills, kapsul, dan kaplet.

Pelestarian Jamu Indonesia Melalui Penjual Jamu Seduh
Penjual Jamu dan Gerobak Dorongnya (dok. Pribadi, 2014)
"Penjual jamu seduhan memiliki peran dalam melestarikan budaya bangsa di bidang industri jamu di Indonesia. Meskipun kelihatannya kecil, hanya menyeduhkan jamu untuk pembeli, meramu ragam jamu, namun peran penjual jamu seduh cukup signiffikan dalam pelestarian jamu di Indonesia. Betapa tidak. Melalui tangan penjual jamu seduhan ini, jamu di Indonesia dapat mencapai konsumen akhir (end user) agar konsumen nyaman dalam mengkonsumsi jamu."
Menjadi penjual jamu seduhan merupakan bagian dari perjalanan hidup saya. Ya, sekitar tahun 2000an, saya adalah penjual jamu seduh. Selama lebih kurang tiga tahunan saya membuka depot tamu di depan rumah, sehingga dapat menambah penghasilan dan tetap menemani anak-anak di rumah.

Ragam merek jamu yang saya jual di antaranya Jamu Sido Muncul, Jamu Jago, Jamu Nyonya Meneer, Jamu Iboe, Jamu Air Mancur, Jamu Gujati, Jamu Leo, Jamu Dua Putri Dewi, Jamu Kresno, dan lain-lain. Di Indonesia memang banyak sekali produsen jamu, baik skala rumahan (home industry) maupun skala nasional.

Aksesoris dan Perlengkapan Jamu Seduh

Saya berjualan jamu hanya di malam hari, yaitu sejak pukul enam sore sampai pukul sepuluh malam. Meskipun demikian, untuk persiapan berjualan, saya harus mempersiapkannya sejak sore, karena saya harus menyiapkan ragam aksesories untuk berjualan jamu, seperti sinom (kunyit asam), air panas untuk menyeduh, telur ayam kampung dan bebek, gula-gula (permen), madu, serta jeruk nipis.

Sinom merupakan minuman penawar rasa pahit jamu seduh. Demikian juga dengan gula-gula yang digunakan oleh pembeli untuk menghilangkan rasa pahit yang tertinggal di lidah setelah minum jamu.

Madu saya gunakan untuk menambah rasa dan khasiat jamu agar tidak pahit. Sedangkan telur ayam kampung saya gunakan jika ada permintaan dari konsumen untuk menambahkan kuning telur pada jamunya. Biasanya, untuk menambah stamina, pembeli minta ditambahkan kuning telur ayam kampung atau bebek. Satu sampai lima butir. Untuk menghilangkan bau amis telur dan aroma jamu yang menyengat, saya kasih juga beberapa tetes air jeruk nipis. Saat itu para pembeli suka dengan seduhan jamu saya, karena menurut mereka seduhan jamunya lembut, tidak terasa amis, dan rasa pahitnya tidak melekat di lidah.

Untuk sinom, meskipun merupakan minuman penawar jamu, para pembeli biasanya meminta tambah untuk dibawa pulang. Atau kadang-kadang jika mereka membawa anak-anak, biasanya meminta untuk saya bungkuskan dengan menggunakan plastik. Memang sinom saya manisnya manis gula, karena saya tidak menggunakan pemanis buatan.
"Perlu diperhatikan, penjual jamu kadang-kadang membuat sinom dengan menggunakan zat pemanis dan pewarna agar warna kuning sinomnya lebih cerah. Ini merupakan trik penjual jamu untuk meraih keuntungan yang lebih besar, karena jika menggunakan gula, maka biaya pengolahan sinom bertambah. yang artinya akan mengurangi keuntungan penjualan." 
Asam Jawa - Salah Ssatu Bahan Pembuat Sinom (Pic. Dokumen Pribadi, 2012)
Bagi saya, sinom sebagai bagian dari pemeliharaan kesehatan harus diolah dengan bahan dara yang sehat pula. Karena itu, untuk membuat sinom, saya membuatnya sendiri setiap hari untuk satu kali berjualan. Artinya, saya tidak menyimpan sinom di kulkas untuk saya jual keesokan harinya. Dengan berbahan kunyit, asam jawa, gula jawa, dan gula tebu, serta sedikit garam, para pembeli sangat menyukai sinom saya. Bahkan anak-anak juga menyukainya.
"Sinom ini juga biasaya saya gunakan untuk mengurangi rasa pahit jamu seduhan, yaitu dengan mencampurnya dalam jamu seduhan. Mungkin jika dilihat dari segi biaya, penggunaan sinom dalam jamu seduhan juga memperbesar biaya penyeduhan, tetapi jika hal ini membuat pelanggan merasa nyaman minum jamu seduhan kita, maka pelanggan tersebut akan mengulangi pembelian dan bahkan merekomendasikan kepada pembeli lainnya. Hal ini karena ada nilai tambah dalam mengonsumsi jamu seduhan yang kita berikan kepada pembeli."
Hal lain dalam aksesories penyeduhan jamu yang juga menjadi perhatian saya pada waktu itu adalah penggunaan campiran cairan beralkohol yang biasanya digunakan sebagai campuran jamu untuk pria. Biasanya, pembeli jamu pria minta tambahan cairan beralkohol ini dalam jamunya agar merasakan sensasi hangat pada tubuh setelah minum jamu. Pada saat menjadi penjual jamu seduh, saya menghindari aksesories penyeduhan jamu yang satu ini, karena saya menghindari bahan beralkohol dalam jamu seduhan saya.

Perlengkapan Penjual Jamu Seduh

Selain aksesoris perjamuan tersebut, saya juga harus mempersiapkan perlengkapan penyeduhan, seperti saringan telur ayam untuk memisahkan kuning telur dari putihnya, sendok untuk mengaduk seduhan, gelas untuk menyeduh, gelas kecil untuk sinom, dan nampan untuk menyajikan jamu kepada pembeli, pisau untuk mengiris jeruk nipis, serta tissue. Selain itu, juga saya sediakan ember kecil untuk menampung gelas kotor.

Untuk gelas seduhan, saya menyediakan banyak gelas, karena gelas-gelas yang sudah saya pakai untuk menyeduh tidak saya gunakan ulang dan saya harus mencucinya dengan pencucian yang sempurna. Jika gelas tersebut digunakan ulang dengan cara pencucian yang tidak sempurna, aroma jamunya masih melekat di gelas, sehingga akan bercampur dengan aroma jamu yang baru diseduh. Terlebih jika jamu tersebut menggunakan kuning telur, maka aroma amis telurnya akan melekat di gelas. Hal ini sangat mengganggu rasa dan nikmatnya minum jamu seduhan. Itulah mengapa, saya menyediakan ember kecil untuk menampung gelas-gelas kotor bekas seduhan untuk dicuci.
"Bahkan untuk gelas bekas seduhan dengan jumlah telur yang relatif banyak (biasanya para pembeli jamu pria dewasa menggunakan kuning telur antara 3-5 butir, dengan hitungan ganjil), maka saya harus merendamnya dengan air hangat dan kulit jeruk nipis bekas irisan yang saya gunakan untuk menyeduh."

Ragam Bentuk Jamu

Jamu Seduh (sumber: Rumah Jamu, 2014)
Jamu-jamu yang saya jual di depot jamu saya waktu itu juga bukan sebatas jamu seduh yang berbentuk puyer/serbuk, tetapi juga jamu dalam bentuk cair, pill, kaplet, dan kapsul. Yupps, saat itu, produsen jamu memang sudah mulai kreatif dalam memproduksi jamunya. Pengolahan ramuan jamu dalam berbagai bentuk tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakuan oleh industri jamu di Indonesia tersebut untuk memenuhi selera konsumen dan agar jamu dapat dikonsumsi dengan nyaman dan mudah oleh konsumen. Jamu untuk penambah stamina pria  misalnya, tidak hanya tersedia dalam bentuk serbuk, tetapi ada juga yang dalam bentuk cair, kaplet, dan kapsul. Demikian pula dengan jamu bersih darah, jamu kewanitaan, jamu pegal linu, ada yang serbuk dan juga ada yang dalam bentuk pill.

Ragam bentuk jamu tersebut memudahkan pembeli dalam mengonsumsi jamu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lukman Muslimin dkk (2009), bentuk jamu yang paling diminati konsumen adalah cair (59%),  puyer/serbuk  (30%),  dan  pil/kapsul  (11%). Untuk jamu serbuk sendiri, jika pembeli ingin menyeduh jamunya di rumah, maka ada paket jamu komplit, yaitu paket jamu yang di dalamnya sudah ada jamu serbuk dan madunya sekalian.

Jamu yang saya jual juga bukan hanya sebatas jamu untuk orang dewasa, tetapi juga jamu untuk remaja dan anak-anak. Dalam penuturan Trubus yang dikutip oleh Listia Natadjaja dkk (2014), jamu memang diklasifikasi menjadi empat kategori berdasarkan pengguna dan kegunaannya, yaitu Jalu Usada, Wanito Usada, Rarya Usada, dan Triguna Usada.
  • Jalu usada adalah jamu untuk kesehatan dan stamina pria.
  • Wanito usada adalah jamu untuk kesehatan dan kecantikan termasuk kesehatan reproduksi, kecantikan, dan perawatan setelah melahirkan.
  • Rarya usada adalah jamu untuk anak-anak
  • Triguna usada adalah jamu untuk semua orang yang menderita penyakit tertentu, seperti batuk, pusing, flu, atau mual.

Jamu untuk Anak (sumber: Rumah Jamu, 2014 dan Jamu Jago, 2009)
Untuk anak-anak, tentunya jamu diramu dan dikemas sesuai dengan perilaku anak-anak. Jamu Buyung Upik dan Anak Sehat misalnya, dikemas dalam sachet dan diramu dalam ragam rasa buah. Mulai dari rasa cokelat, rasa jeruk, dan rasa strawberry. Pembuatannya juga sangat mudah, tinggal tuang ke dalam air hangat atau dingin sesuai selera, lalu aduk, dan jamu anak pun siap untuk diminum.

Jamu Tradisional Berbahan Kimia Obat

Pengalaman sebagai penjual jamu memberikan pengetahuan bagi saya untuk memilih jamu yang berbahan alami dan berbahan kimia obat (BKO). Pada saat saya berjualan jamu, rumor mengenai penggunaan bahan kimia dalam jamu tradisional juga sudah mulai beredar. Bahkan ada razia terhadap penjual jamu seperti saya dari petugas untuk menemukan jamu berbahan kimia obat. Karena itu, saya juga mengikuti perkembangan berita dari grosir dan sesama penjual jamu mengenai jamu-jamu apa saja yang diindikasi berbahan zat kimia obat, yang tentunya merusak khasiat dari jamu.

Bahan-bahan kimia obat yang ditambahkan tersebut biasanya berfungsi untuk mempercepat proses penghilangan rasa sakit. Hal ini dapat dirasakan pembeli, yang jika sudah pernah minum jamu tersebut mereka akan merasakan perubahan secara cepat. Namun jika mereka tidak minum jamu tersebut keesokan harinya maka mereka menjadi ketagihan atau badan terasa sakit semua. Artinya, jika mereka tidak meminum jamu-jamu tersebut, tubuh akan terasa tidak enak dan jika sudah meminumnya, maka tubuh langsung merasakan dampaknya.

Hal ini tentunya berbeda dengan jamu berbahan alami yang memerlukan proses untuk penyembuhannya. Dan, tidak menimbulkan efek ketagihan.

Jamu Seduhan dan Camilan Pengiring

Saat saya berjualan jamu, di meja tempat saya menyajikan jamu untuk pembeli tidak hanya menyediakan tisue, tetapi ada juga makanan kecil atau camilan yang saya sajikan. Seperti gorengan, kacang telur, kacang bawang, ragam keripik (keripik singkong, keripik jagung, dan lain-lain). Pastinya, camilan tersebut bukan saya yang mengolahnya, tetapi para tetangga yang turut menitipkan dagangannya di depot jamu seduhan saya.

Programnya cukup sederhana saja, mereka menitipkan camilan di tempat saya dan saya menjualkannya kepada pembeli. Jika ada yang laku maka saya membayarnya sesuai dengan jumlah camilan yang laku. Sedang sisanya diambil kembali untuk ditukar dengan yang baru. Pastinya lagi, di sini saya mengambil keuntungan beberapa rupiah per unit camilan :). So, ada simbiosis mutualisme antara saya dengan tetangga yang bisa membuat camilan tetapi tidak dapat menjual produknya kepada konsumen.

Berdasarkan uraian pengalaman saya saat menjadi penjual jamu seduhan di atas maka dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa penjual jamu seduh tidak hanya melestarikan tradisi penggunaan jamu Indonesia, tetapi juga menambah pendapatan rumah tangga dan masyarakat sekitar; memperkuat jiwa wirausaha masyarakat; memperbaiki citra jamu melalui peoses penyampaian pelayanan yang nyaman, bersih; dan pengawas adanya kemungkinan jamu berbahan kimia obat

Dalam posisinya dalam rantai distribusi produk, penjual jamu seduh menjadi ujung tombak penyampai produk yang dikeluarkan oleh produsen jamu sampai ke konsumen akhir. Sebagai tenaga penjual pada rantai distribusi paling ujung, penjual jamu seduh menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, selain harga, waktu, dan jumlah. Kemampuan penjual jamu seduhan untuk menjaga kualitas pelayanan dan selalu memperhatikan higinitas (kebersihan) perlengkapan penyeduhan jamu, serta memperhatikan bahan-bahan (aksesories) dalam penyeduhan jamu juga menjadi faktor penentu pembeli dalam memutuskan penggunaan jamu untuk memelihara dan menjaga kesehatan, kecantikan, dan pengobatan.

Jika penjual jamu seduh mampu meracik, menyajikan, dan melayani pembeli akhir dengan baik, maka pengalaman pembelian ini akan mempengaruhi citra jamu, cara konsumsi jamu oleh konsumen, serta kepercayaan komsumen untuk mengonsumsi jamu.

Referensi:
  • Biopharmaca Research Center, 2013.
  • BRC Collection, 2013.
  • Rumah Jamu Online Sido Muncul, 2014.
  • Official Website Jamu Jago: Jamu Anak, 2009.
  • Listia Natadjaja, Faruk Tripoli, dan Bayu Wahyono, 2014, Traditional Medicine (Jamu) in Modern Medical Discourse, The International Journal of Social Sciences, 30th July 2014, Vol 25 No.1, pp. 55-65.
  • Louise Jumarani, 2009, The Essence of Indonesian Spa: Spa Indonesia Gaya Jawa dan Bali, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
  • Lukman Muslimin, dkk., 2009, Laporan Akhir: Kajian Potensi Pengembangan Pasar Jamu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri, Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

Tuesday, September 02, 2014

~ Jika Suatu Saat Nanti Kau Jadi Ibu… ~


~ Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..
Jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya.
Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun.
Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar.
Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih.
Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain.
Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an.
Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu.
Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.

~ Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...
Jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah.
Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu.
Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab.
Ia tidak lain adalah Imam Ahmad.

~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...
Jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya.
Seperti Ummu Habibah.
Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya.
Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya:

“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu. Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu. Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya.
Peliharalah keselamatannya,panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin!”.

Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i.

~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..
Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman.
Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu.

“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak.
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, Sang Ibu tak bosan-bosannya mengingatkan.

Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani.
Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.

~ Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...
Jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses.
Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu.
Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu.
Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri.
Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor.
Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia.
Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999.

Sumber: WA IKARMA

About Me

Just a little bit of woman, mom, and wife ...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...